22 Desember 2011

Study Tour!

assalamualaikum! 1 bulan yang lalu sekolah gue mengadakan study tour kebandung dan disini gue akan membagi karya ilmiah gue sekaligus intinya kaya cerita apa aja yang gue lakukan disana hehe selamat membaca!







(ini cerita perjalanannya)

1.1 Latar Belakang Masalah: dalam kunjungan studi wisata ke Kota Bandung & Karawang siswa dapat melihat objek wisata yang ada disana. Di Purwakarta murid dapat menyaksikan secara langsung proses pembuatan kramik di Plered, Purwakarta. Dan dibandung murid bisa mengunjungi Cihampelas Walk, menonton film 3D dan memperaktekan alat alat ilmiah di Ganesha ITB, menyaksikan ternak ternak yang dikelola di Balai Inseminasi Buatan serta menyaksikan secara langsung pembuatan kaos di C59. Disini dijelaskan bahwa karya wisata ke Bandung serta Purwakarta merupakan salah satu kegiatan observasi sebagai penunjang proses belajar mengajar di Sekolah. Dengan observasi maka murid tidak hanya mengetahui tempat-tempat yang penting, tetapi murid juga dapat mengenal da memahami objek secara langsung. Maka dengan diadakannya karya wisata ini diharapkan murid - murid dapat mengenal lebih dekat tentang tempat wisata di Indonesia khususnya didaerah Bandung dan Purwakarta. Sehingga timbul rasa bangga terhadap bangsa kita sendiri, karena memiliki peninggalan bersejarah yang tidak kalah hebatnya dengan negara-negara lain.

1.2 Tujuan: tujuan diadakannya studi wisata ini adalah menghilangkan rasa jenuh dalam pembelajaran didalam kelas, murid bisa bersosialisasi diluar sekolah dan menanam kebersamaan serta silahturahmi antar murid lainnya, menanam akhlaq murid, melatih murid lebih tertib dan disiplin pada waktu, murid bisa memperaktekan secara langsung dilapangan suatu proses pembuatan disuatu industri serta menuliskan informasi yang telah diberikan dan merangkumnya,merelaksasikan otak dari padatnya aktivitas yang dilakukan didalam sekolah maupun diluar sekolah, menambah ilmu pengetahuan, dapat mengobservasi dan aktif bertanya dilapangan serta melatih diri menjadi lebih mandiri diluar lingkungan rumah, membuat murid mengenal lebih jauh tentang beberapa objek wisata yang ada di Bandung dan Karawang, menambah wawasan murid tentang tempat tempat yang dikunjungi dan melatih serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam menulis.
1.3 (31-10-2011) à Hari pertama pukul 06.30 kami mengadakan pelepasan dan doa dilapangan upacara lalu jam 07.00 kami berangkat menuju Purwakarta tepatnya di kerajinan keramik di Plered. Lalu pukul 09.00 kami tiba dan plered dan mengadakan observasi serta workshop keramik, disana kami dijelaskan tentang sejarah berdirinya pabrik keramik, perkembang serta expor impor yang dilakukan oleh pabrik keramik ini. Setelah dijelaskan tentang sejarah, perkembangan serta expor impor kami diarahkan menuju lokasi pembuatan keramik dan dipersilahkan bertanya mengenai pembuatan keramik tersebut. Disana kami bisa memperaktekan secara langsung cara pembuatan kerajinan tangan yang dibimbing oleh karyawan ditempat tersebut. Disana kami menyaksikan proses pembuatan kerajinan tangan dari mulai membentuk, membuat pola, pembakaran, dan pengecetan. Lalu pukul 13.00 kami melakukan perjalanan menuju hotel dan sampai di Lembang, Jawa Barat pada pukul 15.00 dan check in di hotel Yehezkiel.
(1-11-2011)

Pukul 03.30 kami bangun dan mengadakan sholat Tahajud bersama, dilanjutkan dengan sholat subuh serta kultum. Lalu pukul 05.20 sarapan dan persiapan menuju Balai Inseminasi Buatan. Pukul 08.30 kami berangkat menuju Balai Inseminasi Buatan pada pukul 09.00. disana kami dijelaskan tentang sejarah berdirinya BIB lalu tujuan didirikannya perusahaan ini. Lalu kami diberitahu tentang jenis jenis sapi perah dan potong serta macam macam sapi dan domba perah dan potong,dijelaskan tentang bagaimana proses penghasilan semen yang dihasilkan oleh sapi jantan serta proses pembuahannya, diajarkan tentang kesehatan dan cara cara merawat hewan hewan tersebut, pola makan dan gizi yang dikonsumsi oleh hewan ternak, dan total hewan ternak yang ada dalam BIB tersebut. Lalu kami diarahkan disekitar labolatorium dan menyaksikan film mengenai pabrik BIB dan jenis ternak yang ada didalam pabrik. Setelah selesai mengobservasi kami melanjutkan perjalanan menuju SABUGHA ITB pada pukul 11.00 dan sampai pukul 12.00. Disana kami langsung melaksanakan sholat berjamaah dan masuk menuju ruang Teknologi GANESHA ITB di Dome Theatre yang menayangkan film 3D tentang kehidupan laut yang bersifat edukasi dengan layar berbentuk kubah dan dengan dukungan suara yang prima. Setelah selesai menonton film di Dome Theatre kami menuju Wisata IPTEK kami mencoba beberapa alat peraga fisika serta ilmu IPA lainnya. Setelah selesai menonton serta mencoba beberapa alat ilmiah di GANESHA ITB kami melanjutkan perjalanan pada pukul 15.00 ke Cihampelas Walk atau lebih dikenal dengan sebutan “Ciwalk”. Kami tiba di Ciwalk dan diberi waktu 2 setengah jam untuk berkeliling serta berbelanja. Disini kami mengadakan foto studio bersama dan berjalan jalan. Pukul 17.30 kami berkumpul kembali ke bis dan melanjutkan perjalanan ke hotel. Setelah tiba di hotel kami diberi waktu untuk beristirahat, sholat, makan malam dan tidur dikamar masing masing.
(02-11-2011) à Pukul 04.00 kami bangun dan mengadakan sholat Tahajud bersama lalu dilanjutkan dengan sholat subuh dan berkumpul bersama di aula lalu menyatakan kesan dan pesan para guru, murid serta karyawan Al-Azhar 22. Setelah selesai mengadakan silahturahmi bersama kami diberi waktu untuk bersiap siap check out dari hotel dan bersiap siap menuju C59. Sebelum berangkat kami mengadakan foto kelas. Kami check out dari hotel lalu berangkat dan sampai ke C59 pada pukul 10.00. Kami dipersilahkan masuk dan diberi tahu tentang sejarah dan asal mula berdirinya C59. Setelah diberi arahan kami dibimbing menuju lokasi langsung pembuatan kaos. Disini kami diberi kesempatan untuk memyablon kaos kami sendiri. Lalu disini kami menyaksikan berbagai proses pembuatan kaos dari mulai pemilihan bahan, pemotongan, penjaitan, penyablonan, sampai ke pengepakan. Setelah melihat proses secara langsung kami ditayangkan film seputar C59 dan diberikan pertanyaan seputar proses dan pembinaan yang tadi diberikan. Setelah penayangan film dan kuis kami diberi kesempatan berbelanja disekitar wilayah C59. Setelah berbelanja kami mengadakan foto 1 angkatan. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju jakarta pada pukul 12.00 dan sampai dengan selamat pada pukul 15.00.

1.) Kita pergi ke Plered loh tempat keramik dan belajar cara membuatnya





Sejarah Keramik Plered, Purwakarta

Plered adalah nama salah satu kecamatan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Sejarah Plered tidak lepas dari sejarah keramik dan perjuangannya. Wilayah Plered, Cirata, Gandasoli dan Citalang termasuk kota atau desa yang tua di Kabupaten Purwakarta. Sejarah Plered dan keramik sudah ada sejak jaman Neolitikum. Pada jaman tersebut, sudah ada penduduk yang berdatangan ke daerah Cirata menyusuri sungai Citarum. Dari hasil penggalian di daerah Cirata ditemukan peninggalan dari batu, kapak persegi, alat untuk menumbuk dan alu dari batu, termasuk ditemukan belanga dan periuk dari tanah liat, juga ditemukan adanya panjunan (anjun) tempat membuat keramik. Asal muasal nama Plered mempunyai beragam versi: di antaranya nama tersebut berasal dari masa tanam paksa ketika pada waktu tersebut daerah ini menjadi tempat penanaman kopi yang hasilnya diangkut menggunakan pedati-pedati kecil yang ditarik oleh kerbau (disebut Palered). Pedati pengangkut kopi tersebut dibuat dari papan kayu baik roda mau pun pedatinya, sehingga kuat sekali kalau melalui jalan berlumpur. Pengangkutan kopi tersebut menuju Cikawao Bandung/Jatiluhur yang selanjutnya diangkut menggunakan rakit ke Tanjung Priok menyusuri sungai Citarum.



Perkembangan Keramik Plered, Purwakarta

Keramik sebagai bentuk kerajinan sudah nampak pada jaman kolonial Belanda, mulai tahun 1795 yang pada saat itu di sekitar Citalang ada lio-lio (tempat pembuatan genteng dan batu bata). Sejak itulah rumah-rumah rakyat yang semula beratap ijuk, sirap, daun kelapa atau alang-alang di sekitar Plered dan di Kabupaten Karawang mulai diganti dengan atap genteng bahkan di sekitar Anjun (Panjunan) sudah dimulai pembuatan gerabah/tembikar. Mulai tahun 1935, produk gerabah yang diglasir di Plered menjadi industri rumah tangga. Pada tahun tersebut, terdapat perusahaan Belanda yang membuka pabrik glasir bernama Hendrik De Boa di Warung Kondang, Plered.Pada jaman kolonial Jepang, kerajinan keramik mengalami kemunduran akibat penduduknya harus bekerja sebagai romusha, utamanya di sekitar kaki Gunung Cupu dan Ciganea. Sedangkan pabrik De Boa dikuasai dan diganti namanya menjadi Toki Kojo. Kendati demikian perusahaan tersebut tetap berjalan. Pada masa kemerdekaan, produksi gerabah dan keramik di Plered nyaris terhenti sama sekali karena keterlibatan penduduk dalam gerakan perjuangan. Setelah penyerahan kedaulatan tanggal 29 Desember 1949, keadaan di Plered berangsur baik, sehingga produksi gerabah dan keramik mulai bangkit kembali ditandai dengan Bung Hatta membuka resmi Induk Keramik yang gedungnya dekat Gonggo pada 1950. Pada masa itu mesin-mesin didatangkan dari Jerman lantas mencapai masa kejayaannya karena produktivitasnya relatif tinggi. Di samping itu Induk Keramik berjasa dalam membimbing industri rumah tangga hingga berkembang pesat. Saat ini seiring dengan perkembangan jaman dan pergeseran paradigma, tengah terjadi pembenahan dalam penerapan rekayasa desain, teknologi dan manajemen yang dilakukan secara koordinatif antara Kelompok Kerja Klaster Industri Kerajinan Keramik Plered yang berada di bawah binaan Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian bekerja sama dengan UPTD Litbang Keramik Plered sebagai instansi di bawah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten Purwakarta didukung secara akademis oleh Tim HI-LINK yang merupakan satgas kemitraan perguruan tinggi bagi masyarakat pengrajin dari FSRD-Institut Teknologi Bandung. Kondisi terkini adalah tercatat sekitar 264 unit usaha yang mempekerjakan sekitar 3000 orang dengan nilai produksi berkisar 8,5 milyar rupiah. Produksinya diekspor ke berbagai negara di antaranya :

Jepang, Taiwan, Korea, Australia, New Zealand, Belanda, Kanada, Saudia Arabia, Amerika Serikat dan Amerika Latin, Inggris, Spanyol, Italia dan berbagai negara mancanegara lainnya.

2.) Balai Inseminasi Buatan





Sejarah Balai Inseminasi Buatan, Lembang

Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dibangun tahun 1975 dan diresmikan oleh Menteri Pertanian RI dan Wakil Perdana Menteri Selandia Baru pada tanggal 3 April 1976. Sebagai BIB pertama di Indonesia, diberi mandat Pemerintah untuk memproduksi semen beku ternak sapi perah dan sapi potong, dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di Indonesia agar tidak selalu tergantung pada semen beku impor. Dalam perkembangan BIB Lembang sejak berdiri sampai dengan sekarang telah diproduksi semen beku benih unggul lebih dari 22 juta dosis yang telah disebarkan ke daerah-daerah pelaksana IB di Indonesia.


Perkembangan Balai Inseminasi Buatan, Lembang

Asal perusahaan ini berasal dari Selandia Baru. Tujuan didirikannya perusahan BIB ini adalah untuk pemasukan produksi semen beku dalam upaya pemasukan semen ke alat reproduksi hewan ternak wanita. Lokasi BIB ini terletak di 2 tempat yaitu Lembang, Jawa Barat dan Malang, Jawa Timur. Jenis sapi di BIB ini ada 2 yaitu sapi potong serta sapi perah. Sapi potong terdiri dari Ongol, Brahman, Simental, Limosin dan Angus. Sementara sapi perah yang ada disini hanya Brangus. Lalu jenis kambing yang ada disini juga terdapat 2 macam yaitu perah dan potong. Jenis kambing potong yang ada disini adalah Bhoer, sementara jenis kambing perahnya adalah Etawa, Sonen dan Alpin. Lalu nama domba yang ada diternak ini adalah domba Garut, Texel serta Wonosobo. Makanan yang dikonsumsi oleh hewan ternak antara lain adalah rumput Afrika dan rumput gajah yang dicacah halus, waktu makannya adalah 2x dalam sehari yaitu pagi dan sore hari. Rumput yang diasumsikan kepada hewan ternak ini adalah sebesar 10% dari berat badannya. Rata rata berat sapi yang ada di BIB ini adalah sekitar 800 kg hingga >1000 kg. bahan makanan serta gizi yang diasumsikan kepada hewan ternak adalah berupa bahan penguat sebesar 1% dari berat badan, protein 16-18% dari berat badan, lemak 6-8% dari berat badan, kalsium 6,7-6,8% dari berat badan lalu yang terakhir adalah air minum untuk hewan ternak yang segar dan selalu tersedia. Total ternak sapi yang ada di BIB ini adalah 187 ekor dan total kambing serta domba berkisar 16 ekor. Total ternak yang ada didalam perternakan BIB ini sekitar 203 ekor. Tujuan perusahaan Balai Inseminasi Buatan ini adalah membuat peternak tidak perlu memelihara hewan jantan serta mencegah penularan penyakit pada hewan ternak.

3.) Ganesha, ITB Bandung. disini kaya anak ilang entah berantah........



2.3 Sejarah ITB

Sebuah perguruan tinggi negeri yang berkedudukan di Kota Bandung. ITB didirikan pada tanggal 2 Maret 1959. Saat ini status ITB adalah BHMN (Badan Hukum Milik Negara).

Kampus utama ITB saat ini merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia. Walaupun masing-masing institusi pendidikan tinggi yang mengawali ITB memiliki karakteristik dan misi masing-masing, semuanya memberikan pengaruh dalam perkembangan yang menuju pada pendirian ITB.

Asrama mahasiswa, perumahan dosen, dan kantor pusat administrasi tidak terletak di kampus utama namun masih dalam jangkauan yang mudah untuk ditempuh. Fasilitas yang tersedia di kampus di antaranya toko buku, kantor pos, kantin, bank, dan klinik.

Selain ruangan kuliah, laboratorium, bengkel dan studio, ITB memiliki sebuah galeri seni yaitu Galeri Soemardja, fasilitas olah raga, dan sebuah Campus Center. Di dekat kampus juga terdapat Masjid Salman untuk beribadah dan aktivitas keagamaan umat Islam di ITB. Untuk mendukung pelaksanaan aktivitas akademik dan riset, terdapat fasilitas-fasilitas pendukung akademik, dintaranya Perpustakaan Pusat (dengan koleksi sekira 150.000 buku dan 1000 judul jurnal), Sarana Olah Raga Sasana Budaya Ganesha, Pusat Bahasa, Pusat layanan komputer (ComLabs) dan Observatorium Bosscha (salah satu fasilitas dari Kelompok Keahlian Astronomi FMIPA), terletak 11 kilometer di sebelah utara Bandung.


2.4 Perkembangan Sentra Niaga Cihampelas, Bandung


Kesemarakan Kota Bandung akibat bertebarannya FO (factory outlet) dari tahun ke tahun makin menjadi. Di jalan-jalan besar tampaknya keramaian tak sempurna jika tak ada FO. Salah satu kawasan wisata yang banyak memiliki FO belakangan ini adalah Cihampelas.

Popularitas Cihampelas sebagai kawasan perdaganganpun berubah menjadi kawasan FO. Para pelancong pun mulai akrab dengan sebutan itu. Tak aneh jika setiap libur panjang atau akhir pekan, warga Jabodetabek yang berdatangan ke Cihampelas bukan lagi bermaksud memburu busana yang kualitasnya bagus dan harga terjangkau, melainkan memburu beragam pakaian jadi sisa ekspor yang ada di sejumlah FO di sana. Perubahan-perubahan di kawasan Cihampelas memang drastis dalam satu dasawarsa terakhir. Kalau sepuluh tahun lalu kawasan Cihampelas melulu diwarnai tempat perdagangan, kini selain hotel dan kafe, mal-mal yang dilengkapi tempat-tempat wisata kuliner juga bermunculan di daerah utara Kota Bandung itu.


Akibatnya, kalau 10 tahun lalu pelancong lebih banyak menyerbu kawasan Alun-Alun Kota Bandung yang perkembangannya dinilai monoton, kini salah satu lokasi yang mendapat rekomendasi banyak pelaku industri wisata di Bandung adalah Cihampelas. Wisatawan menuturkan, sensasi Cihampelas bisa dilihat dari tampilan busana yang ditawarkan. Selain bervariasi dan kualitasnya bagus, harganya juga terjangkau. Selain itu, dekorasi yang dipajang setiap toko pun sangat beragam. Bahkan di antaranya ada dekorasi toko yang sengaja memasang tokoh-tokoh kartun jagoan dunia seperti Superman dan Spiderman. Pemasangan tokoh-tokoh itu tiada lain sebagai daya tarik bagi para pengunjung.

Kawasan Cihampelas memang unik. Wali Kota Bandung Dada Rosada mengakui, Cihampelas merupakan kawasan potensial bagi usaha pengembangan Bandung dan juga sebagai kota wisata. Namun, Dada Rosada menilai perkembangan dan penataan kawasan wisata Cihampelas berjalan "pincang". Perkembangan Cihampelas lebih cepat dibanding upaya penataannya. Cihampelas dibiarkan berkembang dengan karakter masyarakatnya. Artinya, Cihampelas memang berkembang cepat dengan swadaya dan inovasi masyarakat Bandung. Kenyataannya, hingga kini Cihampelas sebagai kawasan wisata belanja.

5.) C59




2.5 Sejarah & Perkembangan C59

Nama besar C59 berawal dari sebuah rumah di Jalan Caladi No 59. Kesuksesan C59 adalah buah dari tekad seorang Marius Widyarto bersama istrinya Maria Goretti Murniati yang memulai usaha di bidang kaos pada 12 Oktober 1980 lalu. Usaha ini berawal dari sebuah ide yang tak biasa. Wiwied, demikian sapaan akrab Marius, mendapatkan modal awal dengan menjual kado pernikahan. Dari hasil penjualan tersebut Wiwied membeli satu buah mesin jahit dan dua mesin obras untuk menjalankan usahanya. "Dari SMU saya sudah senang membuat kaos-kaos kelas atau kaos ekstrakurikuler," tutur Wiwied yang menghabiskan masa SMP dan SMU di Aloysius ini. Kesupelannya dalam bergaul dari satu komunitas ke komunitas lain mengasah kemampuan Wiwied dalam seni berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan bergaul itulah yang dia jadikan sebagai modal. Wiwied mencari klien dari komunitas ke komunitas. Bersama sang istri Wiwied pun bergerilya mencari klien yang ingin dibuatkan kaos.

Saat itu pengerjaan kaos pun masih dilakukan secara manual. Tapi dalam waktu singkat, C59 dapat menunjukan keunggulan produk dari mulai bahan kaos, jenis sablon dan tekhnik pengerjaan kaos. Wiwied mengaku dirinya sempat kesulitan untuk mendapatkan modal agar usahanya bisa diperbesar. Namun berkat kegigihan Wiwied dalam membangun relasi. Wiwied pun berhasil menggandeng sebuah bank swasta yang bisa memberinya kucuran dana untuk mengokohkan nama C59. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1990 Wiwied berhasil mendirikan sebuah pabrik di Cigadung Permai yang dibangunnya dengan mencicil. Di pabrik ini, pembuatan kaos tak hanya dilakukan secara manual tapi sudah berbaur dengan teknologi. Mulai saat itu, usaha Wiwied pun mengalami perluasan dari semula pembuatan kaos pesanan merambah ke retail. Di tahun yang sama pula Wiwied mendirikan toko retail yang pertama di Jalan Tikukur No 10.

Untuk mengukuhkan usahanya, pada tahun 1993-1994 C59 resmi berbentuk Perseroan Terbatas (PT) Caladi Lima Sembilan. Kini Wiwied mempekerjakan sekitar 300 karyawan. Bahkan kadang mencapai 700 karyawan jika sedang dibanjiri pesanan. Sejak berubah menjadi perseroan, Wiwied mulai mengepakan sayap C59 ke luar Kota Bandung. Mendirikan toko dan bekerjasama dengan department-department store di beberapa kota untuk penjualan produk C59. Pada tahun 2000, C59 berani melangkah memasarkan produknya ke Eropa Tengah seperti Ceko, Slovakia dan Jerman. Begitupun di dalam negeri pemasaran si departemet-department store kian digencarkan. Selain berada di departement-depertement store. Produk-produk C59 juga bisa ditemukan di showroom C59 Jalan Merak No 2.











Terimakasih banyak sudah membaca! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar